sekitarbandung.com - Kota Bandung selalu dikenal sebagai kota yang kreatif. Identitas itulah yang melekat bagi sebuah kota yang juga menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat ini. Dengan mobilitas yang tinggi, Kota Bandung memiliki daya tarik tersendiri bagi siapa pun, tak terkecuali bagi pelancong wisata, dan anak muda yang ingin studi dari luar daerah. Namun, apakah kini Kota Bandung itu benar-benar masih menjadi kota yang kreatif.
Tentu, kata kreatif memang amat melekat dengan
karakter kaum muda. Dan memang dari pemuda lah, pada akhirnya, banyak orang
terkesima dengan kreatifitas anak muda Kota Bandung. Anak muda Kota Bandung
selalu membuat tren-tren dalam berbagai bidang baik ekonomi, sosial, seni,
budaya, agama dan lainnya. Hal itu contohnya bisa dilihat dari bagaimana
industri kreatif yang ditekuni oleh anak muda Kota Bandung yang dijadikan
sebagai pintu mencari nafkah. Mereka bertahan hidup dengan kreatifitasnya. Tak
heran, Kota Bandung juga amat tersohor sebagai pusat fashion di Indonesia.
Industri ini berkembang. Distro-distro, konveksi-konveksi, industri rumahan
tumbuh subur di Kota Bandung.
Lebih dari itu, gerakan-gerakan sosial yang
dibangun di Kota Bandung sering menjadi sorotan bagi masyarakat Indonesia
bahkan dunia. Lalu, apakah tradisi kreatif ini benar-benar dirawat dan menjadi
perhatian besar bagi Pemerintah Kota Bandung di periode ini? Inilah yang perlu
dijawab oleh Pemerintah Kota Bandung di era Wali Kota Oded Mohamad Danial dan
Wakil Wali Kota Yana Mulyana. Bagaimana keberpihakannya pada kreatifitas anak
muda Kota Bandung saat ini? Narasi apa yang sedang dibangun untuk anak muda
Kota Bandung?
Tampaknya, peran pemuda untuk dijadikan
sebagai subjek pembangunan tidak menjadi prioritas dalam kepemimpinan Oded-Yana.
Pasalnya, sejak 2018 hingga 2021 sekarang, dorongan Pemerintah Kota untuk
meningkatkan partisipasi dalam pembangunan jauh dari harapan. Bahkan diksi
kreatif yang tercantum dalam misi RPJPD Kota Bandung Tahun 2005-2005, “mengembangkan kehidupan sosial budaya kota yang kreatif,
berkesadaran tinggi, serta berhati nurani” tidak terejawantahkan dengan tegas dalam misi
RPJMD Kota Bandung Tahun 2018-2023.
Hal itu pun tergambarkan, tak satu pun dalam misinya Oded-Yana yang tegas mendukung kreatifitas masyarakatnya, apalagi tegas dalam penguatan pembangunan pemuda. Pemuda seperti terpinggirkan di kota yang disebut-sebut kota kreatif ini. Tak terkecuali dalam politik anggarannya, Oded-Yana tidak benar-benar menganggarkan anggaran pembangunan pemuda dengan serius dan proporsional.
Padahal, 28,03% dari 2.444.160
jiwa penduduk Kota Bandung merupakan pemuda yang berusia 16-30 tahun. Angka ini
jelas sangat besar yaitu sebanyak 685.098 jiwa pemuda Kota Bandung. Dan jika
memperhatikan usia produktif Kota Bandung yakni usia 15-64 tahun yang mencapai
72,34%, seharusnya pun, perhatian dan keberpihakan kebijakan Pemerintah Kota Bandung
berorientasi kepada mereka. Yaitu kebijakan yang memperhatikan bagaimana anak
muda dan mereka yang masuk usia produktif benar-benar memiliki kemandirian dan
terlayani dengan baik.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
peran aktif pemuda menjadi ujung tombak untuk mencapai kemerdekaan sehingga
berdirinya Negara Indonesia yang berdaulat. Tentu, peranan ini menjadi catatan
besar di sepanjang perjalanan pembangunan Negara Indonesia. Seperti termuat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009, hal ini pun
menjadikan peran dan fungsi pemuda sangat strategis dalam pembaruan dan
pembangunan bangsa. Karena itu, pengembangan potensi pemuda melalui penyadaran,
pemberdayaan, sebagai wujud pembangunan nasional sangat perlu dilaksanakan.
Untuk mewujudkan pembangunan nasional pun dibutuhkan pemuda yang berakhlak
mulia, tangguh, cerdas, mandiri, dan profesional. Tapi apakah, Pemerintah Kota
Bandung benar-benar serius mengurus anak muda ini?
Di sisi lain, tujuan berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Karena itu,
untuk mewujudkan tujuan tersebut, peran dan fungsi pemuda dapat menjadi penentu
dalam pencapaiannya.
Tak bisa dipungkiri juga, sejak era
pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi
Kemerdekaan tahun 1945, pergerakan pemuda dan mahasiswa di setiap era
pergantian kepemimpinan nasional, banyak pemuda terbukti telah memberikan
dampak yang sangat besar dalam memajukan Negara Indonesia. Bahkan, Soekarno,
bisa dikatakan merupakan intelektual dan tokoh yang dihasilkan dari Bandung.
Dialektikanya selama menjadi anak muda di Kota Bandung dan karyanya yang
menggaungkan diskusi-diskusi kebangsaan terwujud ketika ia berada di Kota
Bandung. Di Bandung juga lah Soekarno menggaungkan Indonesia Menggugat.
Pembangunan nasional dari era ke era sangat
bersangkut paut dengan peran pemuda. Dalam hal ini, pemuda menjadi agen kontrol
dan perubahan dari bidang-bidang tersebut. Karena itu, peran dan fungsi Pemerintahan
Kota Bandung sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kapasitas pemuda
agar lebih berkualitas dan kreatif. Dengan kualitas pemuda yang unggul lah,
bangsa Indonesia, tak terkecuali anak muda Kota Bandung akan benar-benar maju.
Dan apa sebenarnya yang sedang
dilakukan oleh Oded-Yana untuk mendorong peran kaum muda menjadi motor
pembangunan Kota Bandung khususnya dalam bidang peningkatan kualitas sumber
daya manusia agar lebih kreatif. Sepertinya ini menjadi pekerjaan rumah
terbesar bagi Oded-Yana di sisa waktu periodesasi kepemimpinannya. Di era ini,
di era bonus demografi, Pemerintahan Kota Bandung harus memikirkan ulang strategi
dalam pembangunannya. Yaitu jangan menyepelakan anak muda!
Ridlo Abdillah ( Kolumnis Muda )