Obrolan PIMRED Sekitar Bandung dengan Abdul Rochim ( 91 ) yg terkenal dengan julukan Komandan
Lelaki tua renta ,yang lahir tahun 1930 didaerah pasar pagi Cirebon , bercerita tentang kehidupan nya sebagai pengayuh atau pengantar barang dengan becak kesayangan nya.
Pria yang kini penglihatan nya sudah mulai berkurang , karena dimakan usia , menceritakan pengalaman hidupnya ketika jaman penjajahan Belanda datang ke Bandung untuk berjuang demi kemerdekaan INDONESIA ,dia ikut berperang melawan penjajah dan terus berperang dengan para penjajah , padahal Abdul Rochim bukan seorang tentara dan tidak mempunyai bintang jasa apapun juga .
Abdul sangat bangga bisa bertempur melawan penjajah hingga saat ini dengan segala kekurangan nya dia tetap berjuang...
Abdul Rochim sangat bangga, masih bisa berjuang sampai saat ini , lelaki kurus yg sehari harinya berpakaian ala tentara dan baret merah , dengan bangga menarik becak yg menjadi sahabat nya sehari hari , bapak dari 7 orang anak serta belasan cucu mengatakan " saya tidak mengharapkan belas kasihan , tetapi saya bangga dengan perjuangan ini , saya tidak mau membebani kehidupan anak , mantu , cucu saya , walaupun ada 2 anak saya yg membantu ,itupun kalau mau lebaran saja , seorang memberi uang sebesar Rp 150.000 , tapi saya mensyukuri dengan perhatian anak saya tersebut " .
Abdul Rochim yg kini mempunyai seorang Istri bernama "" Ceu erah " setiap bulan harus menyisihkan hasil kerjanya , untuk Ceu Erah yang usianya terpaut 43 tahun .
" Saya selalu menyisihkan hasil kerja saya , saya tidak peduli orang mau menyebut *gila* yang penting saya tidak menggangu dan tidak meminta , saya pejuang ,ujar Abdul Rochim ketika ngobrol santai dengan Abah beberapa waktu lalu.
*Saya bangga dengan bendera merah putih ,dan merah putih tidak harus dipasang setiap 17 Agustus saja , kalau bisa setiap hari , kita buktikan kalau kita cinta NKRI , ujar *Abah Abdul*
Ketika ditanya sejak kapan menjadi penarik becak , jawabannya santai " sejak tahun 50 an dan sejak mata saya tidak bisa melihat dengan jelas , kalaupun mau jelas penglihatan saya , terpaksa saya harus menggosok an minyak angin diatas mata saya , saya tidak punya BPJS dan saya sudah tidak dianggap , dan saya bangga dengan sebutan " PAHLAWAN TIDAK DIKENAL " ....
Ini sedikit obrolan santai Abah dengan KOMANDAN
Namun saat ini komandan sudah tidak menarik becak kesayangan nya, komandan kembali kepada keluarga nya di kampung sari, Sindangkerta, kabupaten Bandung.
Menurut Apid (50 )putra Komandan " Becak kesayangan bapak sudah kita lebur dan dijual kiloan, saya kasihan pada bapak karena sudah sepuh, masih menarik becak kesayangan nya, yang kita pikirkan keselamatan dan kesehatan bapak.
Setelah urun rembug dengan putra putri yang lainnya, kita sepakat untuk melebur becak kesayangan sang komandan, karena kalau bapak ke Bandung lagi suka kabur kaburan membawa becak nya " kata Apid
Sang Komandan kini hanya bisa merenung dengan ketuaan nya , dengan penglihatan yang sudah pudar.
Cerita *sang komandan* hanya tinggal kenangan bagi kita semua.
Sebagai tambahan, dalam rangka membantu meringankan Pak Abdul ( Komandan ) sebagai salah satu ikon Bandung, Sekitar Bandung berinisiasi menggalang dana. Oleh karena hal tersebut, kami bermaksud mengajak warga semua mengulurkan bantuan/donasi seikhlasnya yang nantinya akan digunakan guna kebutuhan hidup Pak Abdul dan disampaikan di Hari Pahlawan. Adapun donasi bisa melalui rekening BCA 5150900362 atas nama Mulyatiningsih.
Penulis : Abah Iwan I Lumintang